Teknologi dalam Perencanaan Kehutanan


    Teknologi memiliki peran yang semakin penting dalam perencanaan kehutanan modern. Ini membantu para ahli kehutanan dan pengelola hutan dalam mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan membuat keputusan yang lebih baik untuk pengelolaan sumber daya hutan.

Dalam rangka mendukung terciptanya perencanaan hutan yang baik dan lestari, perangkat teknologi yang memadai juga sangat dibutuhkan. Adapun perangkat teknologi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kunci pengenalan jenis pohon

Kunci pengenalan jenis pohon merupakan kegiatan mengidentifikasi jenis pohon di lapangan dan menentukan tempat yang sesuai dalam sistem klasifikasi atau biasa juga dikenal dengan istilah kunci pengenalan/determinasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kunci determinasi:

  • Kunci harus bercabang dua, dimana pernyataan dalam setiap bait harus saling bertentangan
  • Hindari pernyataan yang terlalu umum
  • Kata pertama dari setiap pernyataan di dalam setiap bait haruslah identik
  • Hindari penggunaan yang tumpang tindih
  • Pernyataan yang terdapat pada bait yang berurutan jangan dimulai dengan kata yang sama
  • Selalu menggunakan sifat-sifat makroskopis
  • Setiap bait harus diberi nomor atau huruf

2. Tabel volume pohon

Perangkat pendugaan volume pohon yang bersifat umum untuk berbagai jenis pohon dan lokasi hutan dapat menyebabkan hasil dugaan kurang teliti, tidak akurat atau bias sehingga informasi massa tegakan yang dihasilkan bisa under atau over-estimate. Penyusunan tabel volume tegakan bertujuan untuk menyediakan perangkat pendugaan volume pohon berdiri untuk keperluan inventarisasi massa tegakan.

3. Tabel tegakan

Tabel tegakan merupakan tabel yang menunjukkan besarnya hasil yang diharapkan dari suatu tegakan hutan menurut umur atau kelas indeks tempat tumbuh. Umumnya berisi informasi mengenai diameter rata-rata, peninggi, jumlah batang, bidang dasar, volume kayu berdiri, volume kayu penjarangan, dan lainnya. Tabel tegakan digunakan untuk perencanaan penjarangan, penentuan masa tegakan (standing stok) baik saat itu maupun dimasa mendatang (forecasting) seperti yang dilakukan pada penataan hutan.

4. Pengaturan produksi

Pengaturan produksi dilakukan dengan penentuan etat. Etat merupakan besarnya porsi luas atau massa kayu atau jumlah log batang kayu yang boleh dipungut setiap tahun dalam jangka perusahaan yang menjamin kelestarian produksi dan sumberdaya.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penebangan kayu untuk produksi:

  • Etat volume tidak diperbolehkan melebihi pertumbuhan tegakan (riap)
  • Pemanfaatan semua jenis kayu komersil secara optimal
  • Menjamin kelestarian produksi dan kelestarian hutan
  • Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah di bidang pengusahaan hutan
  • Menjamin fungsi perlindungan hutan

Faktor yang mempengaruhi etat tebangan:

  • Sistem silvikultur yang digunakan

Sistem silvikultur dapat bervariasi tergantung pada tujuan pengelolaan hutan, jenis hutan, kondisi lingkungan, dan preferensi pemangku kepentingan lokal. Namun, tujuan utama dari sistem ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara produksi kayu yang berkelanjutan, konservasi sumber daya alam, dan perlindungan ekosistem hutan.

  • Rotasi tebangan yang digunakan

Rotasi tebangan dapat bervariasi dari beberapa dekade hingga beberapa abad, tergantung pada tujuan pengelolaan hutan, jenis hutan, dan kondisi lingkungan lokal. Strategi rotasi tebangan yang tepat dirancang untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya hutan dalam jangka panjang

  • Diameter minimum yang diijinkan untuk ditebang

Diameter minimum untuk tebangan adalah ukuran minimum diameter pohon yang dapat ditebang dalam suatu hutan atau kawasan kehutanan. Penentuan diameter minimum untuk tebangan bergantung pada berbagai faktor, termasuk tujuan pengelolaan hutan, kebijakan pemerintah, standar industri, dan karakteristik ekologi lokal.

  • Luas areal berhutan yang dapat dilakukan penebangan

Secara umum, luas areal berhutan yang dapat ditebang dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada konteks lokal, regulasi yang berlaku, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya hutan. Penting untuk memastikan bahwa kegiatan penebangan hutan dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup.

  • Massa tegakan

Massa tegakan atau volume tegakan mengacu pada jumlah kayu yang terdapat dalam suatu kawasan hutan atau hutan tertentu, diukur dalam satuan volume seperti meter kubik (m³) atau kubik feet (ft³). Ini adalah indikator penting dalam evaluasi sumber daya hutan dan perencanaan kegiatan penebangan. Penentuan massa tegakan melibatkan pengukuran dan estimasi jumlah kayu yang tersimpan dalam tegakan hutan.

  • Jenis pohon

Jenis pohon merujuk pada spesies-spesies tumbuhan yang tumbuh sebagai pohon dan memiliki karakteristik morfologi dan biologi tertentu. Setiap jenis pohon memiliki ciri-ciri yang unik, termasuk bentuk daun, pola pertumbuhan, tekstur kulit kayu, warna dedaunan, dan kebutuhan lingkungan yang berbeda.

  • Kriteria pohon inti

Kriteria pohon inti, atau kriteria untuk menentukan pohon yang cocok untuk dijadikan pohon inti dalam suatu hutan, dapat bervariasi tergantung pada tujuan pengelolaan hutan, kondisi lingkungan, dan preferensi lokal.

  • Kriteria pohon induk

Kriteria pohon induk, atau kriteria untuk menentukan pohon yang cocok untuk dijadikan sebagai pohon induk dalam suatu program perbanyakan hutan, sangat penting dalam memastikan keberhasilan regenerasi hutan yang berkelanjutan.

  • Faktor pengaman (fp) dan faktor eksploitasi (fe)

Tujuan utama faktor pengaman adalah untuk melestarikan keanekaragaman hayati, menjaga fungsi ekologis, dan memastikan keberlanjutan sumber daya alam dalam jangka panjang. Sedangkan tujuan utama faktor eksploitasi adalah untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi dari sumber daya alam sambil mempertahankan keberlanjutan penggunaan sumber daya tersebut.

5. Pemantauan satelit dan citra udara

Penggunaan citra satelit dan udara memungkinkan para ahli kehutanan untuk memetakan dan memantau kondisi hutan secara luas dan akurat. Teknologi ini dapat digunakan untuk memantau perubahan tutupan lahan, deforestasi, degradasi hutan, dan perubahan iklim.

6. Teknologi perpetaan

Pemetaan merupakan proses penggambaran informasi yang ada di permukaan bumi mulai dari pengambilan data secara terestis maupun penginderaan jauh yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta, baik secara manual ataupun digital.

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk membuat peta dasar ataupun peta tematik sebagai salah satu dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan dalam bidang kehutanan. Salah satu teknologi yang mendukung kegiatan pemetaan ini adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).

SIG memungkinkan integrasi dan analisis data spasial yang kompleks, termasuk data tentang tutupan lahan, jenis vegetasi, topografi, dan aspek sosial ekonomi. Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam perencanaan kehutanan, termasuk identifikasi lokasi yang tepat untuk kegiatan pengelolaan hutan.

7. Sistem informasi manajemen kehutanan

Sistem informasi manajemen hutan berbasis web akan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung perencanaan kehutanan. Berbagai sistem informasi manajemen kehutanan telah banyak dikembangkan, seperti SIMONTANA (sistem monitoring kehutanan nasional), SiPongi (mendeteksi kebakaran hutan dan lahan), SiMATAG-0,4m (sistem informasi tatap muka air tanah gambut 0,4 meter), dan INCAS (indonesia national carbon accounting). 

8. Aplikasi android (mobile) untuk pemetaan lapangan

Android sebagai platform open source banyak digunakan oleh masyarakat, selain karena memiliki keunggulan dalam menyediakan tools dan frameworks yang lengkap, sistem android menggunakan database yang menyimpan informasi yang diperlukan dan tetap tersimpan meskipun device dimatikan. 

Aplikasi mobile memungkinkan petugas lapangan untuk mengumpulkan data terkait hutan secara langsung di lapangan, termasuk informasi tentang tanaman, spesies liar, atau gangguan lingkungan. Data yang terkumpul dapat dengan cepat diintegrasikan ke dalam sistem informasi manajemen hutan.


        Dengan menggabungkan teknologi-teknologi ini, perencanaan kehutanan dapat menjadi lebih efisien, akurat, dan berkelanjutan. Hal ini memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengelola sumber daya hutan dengan lebih baik, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendukung kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan. 

Yhnataliaar

Hallo, Saya Yohana Natalia selaku author blog ini. Semoga blog ini menjadi wadah bagi pembaca untuk mencari informasi. Hope you enjoy it.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama